Senin, 17 Oktober 2011

SISTEM EKONOMI KERAKYATAN MELALUI GERAKAN KOPERASI INDONESIA

NAMA : IRNA DINIASARI
KELAS : 2EA13
NPM : 13210623
“TUGAS SOFTSKILL EKONOMI KOPERASI”

SISTEM EKONOMI KERAKYATAN MELALUI
 GERAKAN KOPERASI INDONESIA
Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dan sebagainya yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.
Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi subsisten antara lain, pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.
Pengertian demokrasi ekonomi atau sistem ekonomi kerakyatan termuat lengkap dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi : “Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu faktor-faktor  produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-seorang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Keikutsertaan anggota masyarakat dalam memiliki faktor-faktor produksi itulah antara lain yang menyebabkan dinyatakannya koperasi sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut menjadi anggota koperasi. Sehubungan dengan itu, Bapak Koperasi Indonesia Bung Hatta, berulangkali memebedakannya secaradiametral dari bentuk-bentuk perusahaan yang lain, seperti dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsrtakannya buruh sebagai pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta, “Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerjasama untuk menyelenggarakan keperluan bersama. Bukan corak pekerjaan yang dikerjakan yang menjadi ukuran untuk menjadi anggota, melainkan kemauan dan rasa bersekutu dan cita-cita koperasi yang dikandung dalam dada dan kepala masing-masing.
Berdasarkan keterangan tersebut, kiranya jelas, karakter utama ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakannya kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang-seorang.  
Tujuan yang diharapkan dari penerapan Sistem Ekonomi Kerakyatan :

  • Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan
  •  Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
  •  Mendorong pemerataan pendapatan rakyat
  •  Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional
Sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi hal berikut :

  1.  Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat
  2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar
  3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata diantara anggota masyarakat
  4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat
  5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi
Lima Hal Pokok yang Harus Segera Diperjuangkan Agar Sistem Ekonomi Kerakyatan Tidak Hanya Menjadi Wacana Saja

  1. Peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya
  2. Penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme persaingan yang berkeadilan (fair competitio
  3.  Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah
  4.  Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap
  5. Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi “ sejati” dalam berbagai bidan usaha dan kegiatan. Yang perlu dicermati, peningkatan kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan tidak didasarkan pada paradigma lokomatif, melainkan pada paradigma fondasi.
Koperasi Sebagai Penjelmaan Ekonomi Rakyat
Dalam konteks ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi, kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan pengelolaannya dibawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri. Prinsip demokrasi ekonomi tersebut hanya dapat diimplementasikan dalam wadah koperasi yang berasaskan kekeluargaan.
Secara operasional, jika koperasi menjadi lebih berdaya, maka kegiatan produksi dan konsumsi yang jika dikerjakan sendiri-sendiri tidak akan berhasil, maka melalui koperasi yang telah mendapatkan mandat dari anggota-anggotanya hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih berhasil. Dengan kata lain, kepentingan ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang berada pada aras ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang kaki lima) akan relatif lebih mudah diperjuangkan kepentingan ekonominya melalui wadah koperasi. Inilah sesungguhnya citra dan peran koperasi di berbagai negara.
Secara obyektif disadari bahwa disamping ada koperasi yang sukses dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, terdapat pula koperasi di Indonesia (bahkan mungkin jauh lebih banyak kuantitasnya) yang kinerjanya belum seperti yang kita harapkan. Koperasi pada kategori kedua inilah yang memberi beban psikis, handycap dan juga ‘trauma’ bagi sebagian kalangan akan manfaat berkoperasi.
Oleh karena itu, disini perlu dipaparkan beberapa contoh untuk lebih meyakinkan kita semua bahwa sesungguhnya sistem koperasi mampu untuk mengelola usaha dengan baik, menyejahterakan anggotanya dan sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang (countervailing power) dalam sistem ekonomi.
Pemberdayaan Koperasi: Menggali Key Success Factor
Mengkaji kisah sukses dari berbagai koperasi, terutama koperasi di Indonesia, kiranya dapat disarikan beberapa faktor kunci yang urgent dalam pengembangan dan pemberdayaan koperasi. Diantara faktor penting tersebut, antara lain:

  • Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi (co-operative identity) yang antara lain dicitrakan oleh pengetahuan mereka terhadap ‘tiga serangkai’ koperasi, yaitu pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of co-operative) dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative) (International Co-operative Information Centre, 1996). Pemahaman akan jati diri koperasi merupakan entry point dan sekaligus juga crucial point dalam mengimplementasikan jati diri tersebut pada segala aktifitas koperasi. Sebagai catatan tambahan, aparatur pemerintah terutama departemen yang membidangi masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian, sehingga komentar yang dilontarkan oleh pejabat tidak terkesan kurang memahami akar persoalan koperasi, seperti kritik yang pernah dilontarkan oleh berbagai kalangan, diantaranya oleh Baga (2003).
  • Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya (collective need of the member) dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik. Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda. Misalnya di suatu kawasan sentra produksi komoditas pertanian (buah-buahan) bisa saja didirikan koperasi. Kehadiran lembaga koperasi yang didirikan oleh dan untuk anggota akan memperlancar proses produksinya, misalnya dengan menyediakan input produksi, memberikan bimbingan teknis produksi, pembukuan usaha, pengemasan dan pemasaran produk. 
  • Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi. Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta transparan.
  • Kegiatan (usaha) koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.
  •  Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya sehingga biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh lembaga non-koperasi.

Sabtu, 15 Oktober 2011

TUGAS SOFTSKILL (LAPORAN KEUANGAN KOPERASI)

Nama : Irna Diniasari
Kelas : 2EA13
NPM : 13210623
Tugas : Softskill "Ekonomi Koperasi"
LAPORAN KEUANGAN KOPERASI PENSIUNAN
PT. JAKARTA INTERNASIONAL CONTAINER PORT 
(JCP)


KOPERASI PENSIUNAN JCP
NERACA
         JULI – DESEMBER 2010


KOPERASI PENSIUNAN JCP
LAPORAN LABA / RUGI
JULI – DESEMBER 2010
NO.
URAIAN

I
PENDAPATAN


     Pendapatan Jasa Outsorcing
1.062.514.000

     Pendapatan Jasa Simpan Pinjam
525.120.105

     Pendapatan Jasa Toko
478.767.000

     Pendapatan SHU
1.787.777

     Harga Pokok
947.933.420

                  Laba Kotor
1.120.252.462



II
BIAYA USAHA


a. Biaya Operasional


    1. Biaya Marketing
6.714.350

    2. Biaya RAT
18.307.845

               Jumlah Biaya Operasional
25.022.195




b. Biaya Pegawai


     1. Biaya Gaji Pegawai
325.665.840

     2. Biaya THR
18.307.000

     3. Biaya Pengobatan
6.123.602

     4. Biaya Lembur
4.928.354

     5. Biaya Pajak PPH 21
7.566.000

     6. Biaya Asuransi
7.600.204

     7. Biaya Lainnya
                                      
               -

                Jumlah Biaya Pegawai
370.191.000




c. Biaya Penyusutan


    1. Biaya Bangunan
9.884.820

    2. Biaya Penyusutan Kendaraan
20.164.000

    3. Biaya Penyusutan Peralatan     
        Kantor
18.145.210

                Jumlah Biaya Penyusutan
48.194.030




d. Biaya Administrasi dan Umum


    1. Biaya Alat Tulis Kantor
20.907.055

    2. Biaya Fotocopy
5.820.320

    3. Biaya Pajak dan Servis Kendaraan
7.129.000

    4. Biaya Perjalanan Dinas dan Rapat
17.035.000

    5. Biaya Komunikasi
15.600.050

    6. Biaya Materai
4.576.225

    7. Biaya Audit
9.600.330

    8. Biaya Parkir, BBM dan Toll
4.362.000

    9. Biaya Jamsostek
5.800.020

               Jumlah Biaya Administrasi  
               dan Umum
94.905.000




                              Jumlah Biaya 
                              Usaha
538.312.225




                                       Laba Usaha
581.940.237



III
PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-
LAIN


a. Pendapatan lain-lain


    1. Bunga Giro
4.240.065

    2. Pendapatan Bunga
9.366.420

    3. Hasil Investasi
32.500.000

    4. Jasa lain-lain
45.000.024

              Jumlah Pendapatan lain-lain
91.106.509

b. Biaya Lain-lain


    1. Biaya Administrasi Bank
14.240.006

    2. Biaya Penghapusan Piutang
3.599.240

    3. Biaya lain-lain
6.180.000

                             Jumlah Biaya 
                             Lain-lain
24.019.246




              Jumlah Pendapatan Lain-
              lain
64.852.263



IV
LABA USAHA SEBELUM PAJAK
646.792.500




Pajak Penghasilan
130.302.000




Laba Bersih / SHU
516.490.500


    






















































































KOPERASI PENSIUNAN JCP
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
JULI – DESEMBER 2010